Tue. Jul 1st, 2025

Kenapa Orang Berutang Jadi Galak Saat Ditagih? Ini Penjelasannya

pttogel Dalam kehidupan sehari-hari, utang piutang adalah hal yang lumrah terjadi, baik dalam skala kecil antar teman maupun dalam lingkup yang lebih besar seperti antara individu dan lembaga keuangan. Namun, satu fenomena yang seringkali membingungkan banyak orang adalah perubahan sikap si peminjam ketika ditagih: dari yang awalnya lembut dan penuh permohonan saat meminjam, menjadi galak, bahkan agresif saat ditagih. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: kenapa orang yang berutang justru menjadi galak ketika ditagih?

Mari kita telusuri penyebabnya dari berbagai sudut pandang psikologis, sosial, dan emosional.


1. Rasa Malu yang Berubah Jadi Marah

Salah satu penyebab utama seseorang menjadi galak saat ditagih adalah perasaan malu atau bersalah. Saat seseorang belum bisa membayar utangnya, ia merasa dirinya dalam posisi yang tidak nyaman secara moral maupun sosial. Saat ditagih, rasa malu ini bisa berubah menjadi bentuk pertahanan diri—yakni marah atau galak.

Dalam psikologi, ini disebut sebagai mekanisme pertahanan ego. Alih-alih mengakui kesalahannya, orang akan menggunakan emosi negatif untuk “menutupi” perasaan bersalahnya. Mereka seolah-olah memindahkan kesalahan pada si penagih, agar mereka tidak merasa terlalu terpojok.

baca juga: mulai-besok-titik-naik-transjabodetabek-rute-bogor-blok-m-pindah-ke-botani-square-ini-penjelasannya


2. Merasa Tertekan Secara Finansial

Faktor lain yang sering kali menjadi latar belakang adalah kondisi keuangan si peminjam yang memang belum stabil. Saat seseorang sedang terhimpit secara ekonomi, setiap pengingat tentang utang akan terasa seperti tekanan tambahan. Alih-alih menghadapinya dengan kepala dingin, tekanan itu bisa meledak dalam bentuk kemarahan.

Dalam situasi ini, emosi negatif tidak sepenuhnya ditujukan kepada si penagih, melainkan sebagai bentuk luapan frustrasi atas ketidakmampuan dirinya sendiri untuk memenuhi tanggung jawab finansial.


3. Tidak Siap Bertanggung Jawab

Tidak semua orang memiliki pemahaman dan kesiapan mental untuk bertanggung jawab atas keputusan finansial yang mereka ambil. Ada sebagian orang yang meminjam uang dengan enteng, namun tidak memiliki niat atau kesiapan untuk membayar kembali. Saat ditagih, mereka merasa tidak nyaman karena dituntut atas sesuatu yang sebenarnya mereka anggap sepele.

Sikap galak ini menjadi semacam cara menghindar, dengan harapan si penagih akan menyerah dan berhenti menagih.


4. Manipulasi Emosional (Emotional Blackmail)

Dalam beberapa kasus, sikap galak saat ditagih bisa menjadi bentuk manipulasi emosional. Tujuannya adalah membuat si penagih merasa bersalah karena “menyudutkan” atau “tidak pengertian”, padahal peminjam yang justru tidak memenuhi komitmen. Ini adalah strategi yang digunakan agar si penagih menghentikan upaya penagihan, atau bahkan membiarkan utang tersebut menguap begitu saja.

Orang yang memakai taktik ini seringkali memutarbalikkan keadaan, seolah-olah mereka yang dizalimi, padahal mereka yang lalai.


5. Tidak Ingin Reputasinya Tercoreng

Di kalangan tertentu, memiliki utang yang belum dibayar bisa menjadi aib atau merusak citra. Saat ditagih, terutama di depan umum atau di hadapan orang lain, peminjam bisa bereaksi berlebihan untuk “menyelamatkan wajah” mereka.

Reaksi galak itu muncul sebagai bentuk defensif agar dirinya tetap terlihat kuat dan bermartabat, padahal secara moral ia sedang menanggung beban.


6. Hubungan Personal yang Terdampak

Ketika utang terjadi antara teman dekat, keluarga, atau sahabat, tagih-menagih bisa menjadi rumit secara emosional. Si peminjam merasa hubungan itu seharusnya membuat si pemberi lebih “memaklumi” keterlambatan pembayaran. Akibatnya, ketika ditagih, ia merasa dikhianati dan bisa bereaksi dengan marah. Dalam kasus seperti ini, emosi bercampur aduk dengan ekspektasi yang tidak realistis tentang hubungan personal.


7. Budaya dan Norma Sosial

Di beberapa lingkungan, budaya utang bisa jadi sudah membudaya, dan menagih utang dianggap “tidak sopan” atau “tidak punya hati”. Padahal, dari sudut pandang moral dan hukum, membayar utang adalah kewajiban. Ketika seseorang hidup dalam lingkungan seperti ini, penagihan akan selalu dianggap ofensif, dan peminjam merasa sah untuk bersikap galak karena merasa “dipermalukan”.


8. Tidak Ada Niat Baik Sejak Awal

Yang paling menyedihkan, ada pula peminjam yang memang dari awal tidak berniat membayar utangnya. Sikap galak adalah bentuk dari perlawanan terang-terangan agar bisa lepas dari kewajiban. Mereka berharap dengan bersikap kasar, penagih akan lelah dan berhenti meminta.

Dalam hal ini, marah bukan reaksi emosional, tapi strategi manipulatif yang sudah direncanakan.


Cara Menghadapi Peminjam yang Galak Saat Ditagih

Menghadapi peminjam yang berubah galak saat ditagih tentu memerlukan strategi yang cerdas dan bijak:

  • Tetap tenang dan jangan terpancing emosi.

  • Catat semua bukti pinjaman dan komunikasi.

  • Berikan tenggat waktu dan solusi pembayaran bertahap.

  • Jika perlu, libatkan pihak ketiga sebagai mediator.

  • Gunakan jalur hukum jika nominalnya signifikan dan semua upaya telah buntu.


Penutup: Jangan Takut Menagih Hakmu

Utang adalah bentuk kesepakatan yang harus diselesaikan dengan tanggung jawab. Tidak ada yang salah dalam menagih hak. Jika seseorang menjadi galak saat ditagih, itu mencerminkan ketidakmampuannya dalam menghadapi kenyataan, bukan kesalahan si penagih.

Menagih dengan sopan adalah wajar, dan membayar utang adalah bentuk integritas. Mari kita sama-sama membudayakan keuangan yang sehat dan tanggung jawab yang jelas, agar hubungan sosial tidak rusak hanya karena urusan uang.

sumber artikel: www.theawakeningsong.com

By admin

Related Post